Saturday, June 16, 2012

Degradasi Fungsi Paguyupan Marga di Kalangan Batak

Perkumpulan atau Paguyupan Marga yang sering disebut dalam bahasa Batak “Parsadaan atau Punguan” Marga – marga yang ada di kalangan Batak.
Tujuan awal dari pembentukan paguyupan marga di Komunitas Batak adalah untuk memelihara identitas dan akar budaya, meneguhkan kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin berat sehingga membutuhkan dukungan moral dan spiritual. Para penatua setiap marga mendirikan pagupan agar setiap persoalan dan kekurangan yang terjadi pada marga tersebut dapat diselesaikan dengan kebersamaan.

Namun akhir-akhir ini fungsi paguyupan marga Batak hanya berfungsi ketika hendak melakukan perayaan-perayaan besar seperti pesta-pesta, pembangunan tugu dengan dana yang tidak tanggung-tanggung ratusan hingga milyran rupiah dan yang lebih menyedihkan lagi paguyupan itu muncul dan pengurusnya sibuk ketika musim pesta demokrasi seperti Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Legislatif, bahkan pemilihan Presiden atau dengan kata lain berfungsi apabila ada kepentingan pengurus mendapatkan jumlah massa sebagai modal transaksi (Makelar Massa).
Bergesarnya peranan keanggotaan hingga kepengurusan paguyupan marga menjadi milik kalangan Borjuis, Politisi, pengusaha (Pemilik uang), dan Pemilik Kekuasaan (Pejabat) menjadikan keengganan untuk bergabung bagi sebagian orang , sebut saja tukang becak, buruh, pengamen, pengemis, petani, nelayan dan lain-lain yang menggangap dirinya tidak pantas untuk bergabung dalam komunitas tersebut walaupun komunitas tersebut sudah memiliki sarana mewah, seperti gedung kantor, bahkan sumber pembiayaan operasional keanggotaan dan kepengurusan disebabkan oleh “Eksklusivisme” kepengurusan dengan lebih mementingankan penggunaan dana kepada kegiatan besar seperti pesta-pesta (Pesta Bona Taon), Pengukuhan pengurus, dan sosialisasi calon-calon kepala daerah, legislative yang membutuhkan massa dari marga tersebut.

Tidak jarang dalam punguan marga ketika yang melakukan kegiatan adalah orang yang dianggap susah (kurang secara ekonomi) atau memiliki status social yang rendah tidak dihadiri oleh kalangan-kalangan yang dianggap eksekutif di marga tersebut dan yang lebih menyakitkan adalah ketika dari bagian marga tersebut mengalami musibah seperti sakit, pengangguran, tumpur, miskin dan kurangnya rasa hormat terhadap pensiunan yang pernah dianggap sebagai orang penting seperti pejabat.

Pengertian ADAT yang sering diplesetkan menjadi ADAT = Adong Di Iba Adong Tondong (Ada Harta/Jabatan Kepunyaanku Maka Dianggap Saudara atau orang-orang pun akan mendekat) oleh sebagian kalangan Batak memang apabila ditelaah dengan jujur sudah menjadi sesuatu hal yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi.

Tulisan ini saya dedikasikan kepada saudara-saudaraku (adik-adik kecil) ketika Niatku pergi sendiri ke salah satu Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dari kalangan Bermarga termasuk margaku dengan kondisi yang membuat aku menitikkan air mata tanpa bersuara dan itu lebih menyakitkan dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa di dalam hati memohon kepada sang Pencipta Alam dengan menyentuh tangan-tangan mereka.
Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger