Wednesday, January 9, 2013

Film "Demi Ucok" Selain Lucu, Perlihatkan Informasi Dan Edukasi Kebudayaan Batak

Setelah melalui proses pengumpulan dana dengan sistem crowd funding yang memakan waktu cukup lama, DEMI UCOK akhirnya rilis di pasaran. Jika pada film CIN(T)A menyorot drama cinta berbeda agama, kali ini Sammaria Simanjuntak yang bertindak sebagai produser, sutradara sekaligus penulis naskah, memilih drama komedi dengan pendekatan cerita pada hubungan ibu dan anak.

Ada tiga hal yang menarik untuk dicermati dari fim Demi Ucok.
(i) Informasi dan edukasi kebudayaan Batak, kita akan disuguhkan sekelumit rumitnya kebudayaan Batak. Film ini jadi semacam ensiklopedi kebudayaan Batak terbaru. Yang dekat dengan dunia kita (tahun 2012) dan penyajian yang umum. Mudah dimengerti oleh siapa pun. Anda tahu, apa yang paling menarik dari film ini? Musiknya? Ah gondang Batak yang bertalu-talu, disusul seruling batak yang rancak itulah yang mengajak kita untuk menari. Mantap!

(ii) Film sebagai jawaban jenaka persoalan kultural, saya suka sekali pendekatan yang dilakukan Sammaria. Cerdik, jujur dan hati-hati. Tidak seperti pendekatan kultural Monty Tiwa yang menyajikan masalah keluarga yang pelik. Dalam film Batak lainnya ‘Maaf saya menghamili istri Anda!’ Pelik banget, ada unsur jenakanya sih, tapi cenderung maskulin dan keras. Di film ini, sifat feminim lebih ditonjolkan. Jadi persoalan antropologis yang ruit bisa dicerna.

(iii) Kekerabatan yang erat keluarga Batak, walaupun Leila Chudori mengangkat konsep crowd-funding. Tapi saya berani taruhan, ini adalah gotong-royong arisan simatua doli, simatua boru, nantulang naposo, opung bao, namboru, opung mangulahi, amang mangulahi. Baik di Indonesia maupun di luar negeri. Haha.. Hebat sekali kekeluargaan orang Batak ini. Sammaria haruslah bersyukur hidup di tengah-tengah komunitas Batak yang rukun dan kompak.


Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger