Wednesday, July 11, 2012

Indonesia Damai & Sejahtera : Pahami "Persaingan" Bukan Berarti "Permusuhan"

Persaingan merupakan suatu perjuangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang tertentu (kelompok sosial), agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya.

Konsepsi ini merupakan pengertian persaingan dalam arti persaingan yang sehat, dengan pola aturan main yang wajar. Dalam kenyataan masyarakat, terutama dibidang bisnis dan politik, sering kita temukan pola persaingan bebas yang tidak sehat, dengan cara menghalalkan segala cara demi tercapainya sebuah kemenangan.

Permusuhan adalah rasa bahwa manusia harus merupakan bentuk kekerasan emosional dan perselisihan, oleh orang, sekelompok besar orang dan sekelompok kecil orang. Salah satu konsep permusuhan dapat berarti akan kekerasan emosional dari serangan fisik. Dalam beberapa kasus permusuhan antara bangsa-bangsa dapat merujuk kepada konflik bersenjata dalam bentuk perang besar mediants tentara dan invasi dan tindakan bersenjata atau kekerasan.


Permusuhan merupakan bentuk penolakan internal yang marah atau penolakan dalam psikologi. Permusuhan adalah bagian dari psikologi yang membangun pribadi, yang dikembangkan oleh George Kelly. Dalam percakapan sehari-hari itu lebih Umumnya digunakan sebagai sinonim untuk kemarahan dan agresi.

Dalam istilah psikologis, Kelly mendefinisikan permusuhan terhadap Penolakan yang disengaja untuk menerima bukti persepsi seseorang tentang dunia dalam beberapa cara dari miring atau tidak sejajar dengan realitas objektif. Alih-alih menyelaraskan perasaan dan pikiran dengan realitas obyektif, orang yang bermusuhan mencoba untuk memaksa atau memaksa dunia agar sesuai dengan pandangan mereka, bahkan jika ini adalah harapan sedih, dan bahkan jika itu memerlukan berbagai tingkat Pengeluaran emosional atau membahayakan diri dan orang lain .

Sementara menantang "realitas nyata" dengan pendekatan alternatif Bisa bagian penting dari kehidupan, dan ketekunan dalam menghadapi kegagalan adalah Berharga Seringkali sifat di bidang Invensi atau penemuan, dalam kasus permusuhan ada Perbedaan itu Itu bukti sebuah tidak akurat Dinilai Ketika keputusan adalah dibuat untuk mengulang pendekatan yang sama. Sebaliknya bukti yang ditekan atau ditolak, dan dihapus dari kesadaran - yang tidak menguntungkan yang mungkin menyarankan alat bukti sebelum Kepercayaan Itu adalah cacat untuk derajat Berbagai diabaikan dan sengaja dihindari. Metaforis, katanya Bisa realitas Itu menjadi kesehatan diselenggarakan untuk tebusan, dan dalam hal ini rasa permusuhan adalah bentuk pemerasan psikologis - upaya untuk memaksakan realitas untuk menghasilkan umpan balik yang diinginkan, dalam rangka prasangka Itu Menjadi divalidasi. Dalam pengertian ini, permusuhan adalah tanggapan Itu merupakan bagian dari diskon dari disonansi kognitif yang tidak diinginkan.

Kampanye Menyerang
Bolehkah sebenarnya seorang Calon Presiden, Calon Gubernur, Calon Bupati melancarkan kampanye menyerang (attacking campaign) terhadap saingannya? Dalam berbagai literatur komunikasi politik disebutkan bahwa kampanye menyerang itu bukan hanya sekadar boleh, tetapi juga sudah dipandang sebagai semacam “keharusan”, baik bagi incumbent apalagi oposisi. Pengertian “menyerang” dalam konteks ini adalah memberikan kritikanterhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh lawan politiknya.


Bahkan istilah kampanye menyerang (attacking campaign) di dalam komunikasi politik disamakan dengan kampanye negatif (negative campaign) seperti yang ditegaskan Lynda Lee Kaid dalam Handbook of Political Communication Research (2004). Menurutnya, istilah negatif dalam kampanye tersebut adalah negatif bagi lawan politik. Jadi, ketika seorang capres, seperti Megawati, menyerang kebijakan SBY sebagai lawan politiknya, maka kampanye itu bersifat negatif bagi SBY. Demikian pula sebaliknya.

Oleh karena itu, saling serang antar Megawati dan SBY, baik yang disampaikan secara langsung di berbagai forum ataupun melalui iklan politik, dilihat dari perspektif komunikasi politik merupakan hal yang lumrah dan biasa saja. Yang tidak boleh dilakukan adalah apabila kampanye tersebut sudah memburuk-burukkan pribadi lawan politik, melancarkan tuduhan tanpa bukti, memfitnah dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan kampanye hitam (black campaign). Sejauh ini saling mengkritikantar keduanya belum mengarah kepada kampanye hitam.

Persaingan Bukan Permusuhan
Yang menjadi masalah, hemat penulis, justru budaya politik (political culture) dari elite-elite politik itu sendiri. Dalam budaya politik Indonesia yang didominasi oleh budaya Jawa, yang telah dilanggengkan secara koersif selama kurang lebih 32 tahun pada masa Orde Baru, istilah persaingan atau kompetensi dalam berbagai bidang terutama politik ditabukan. Budaya Jawa yang sangat menekankan harmoni dan keseimbangan hidup sangat anti dengan yang namanya persaingan.

Oleh karena itu, persaingan dalam konteks ini akan dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan dan memiliki potensi untuk perpecahan dan permusuhan. Cara pandang seperti ini terus terwariskan hingga hari ini terutama di kalangan elite-elite politik di Indonesia. Hal ini berimplikasi pada pandangan bahwa jika orang sudah memutuskan untuk bersaing dengan pihak lain, maka ia telah menjadi musuh dari pihak tersebut dalam semua hal baik urusan publik maupun pribadi.
Akibatnya, persaingan politik antar calon-calon pemimpin di republik ini sering terbawa ke dalam persoalan-persoalan pribadi. Yang seharusnya persaingan tersebut berhenti pada domain politik, tetapi kemudian merembet ke domain pribadi sehingga terjadilan permusuhan. Jika sudah seperti itu untuk duduk satu meja pun terasa begitu sulit dilakukan. Itulah kenapa Megawati tidak pernah bersedia duduk bersama dengan SBY sejak ia dikalahkan SBY pada Pemilu 2004, sesuatu yang tentu saja sangat disayangkan.

Dalam hal ini para calon pemimpin kita seharusnya belajar dari calon-calon pemimpin Amerika Serikat yang telah mempertontonkan perilaku terpuji berkaitan dengan persaingan politik yang melibatkan mereka. Bagi mereka persaingan itu hanya terjadi pada domain politik, sedangkan pada domain pribadi mereka tetap berkawan, saling menghormati dan seterusnya.

Itulah kenapa Barack Obama yang ketika kampanye demikian pedas mengkritik kebijakan George W. Bush, tetapi setelah terpilih sebagai Presiden AS ia dijamu oleh Bush di Gedung Putih dengan tangan terbuka. Keduanya terlibat dalam obrolan yang tidak mengesankan kecanggungan sedikitpun, Sebaliknya, setelah inaugurasi pada 20 Januari lalu Obama dengan senang hati mengantar Bush bahkansampai ke pesawat Helikopter yang siap mengantarkan Bush ke kediamannya.

Jika para calon pemimpin kita dapat menerapkan model persaingan seperti itu, maka pastilah tidak akan ada permusuhan di antara mereka setelah Pemilu 2009 nanti. Sebagai publik kita berharap bahwa persaingan yang kian memanas antara Megawati dan SBY hanyalah berlangsung dalam domain politik. Sementara pada domain pribadi mereka tetap berkawan. Dengan kata lain, persaingan yes, permusuhan no.

Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif (persaingan, kontravensi, pertikaian, dan permusuhan)
Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif mengarah kepada bentuk pertentangan atau konflik yang berwujud persaingan, kontravensi, pertikaian, dan permusuhan. Interaksi sosial bersifat dissosiatif disebut pula proses oposisi. Konflik atau pertentangan adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Berikut ini akan kita bahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang bersifat dissosiatif, sebagai berikut.

1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, beberapa orang memperebutkan kedudukan/jabatan gubernur kepala daerah. Adapun nantinya yang menduduki jabatan gubernur hanya satu orang. Persaingan yang dilakukan sesuai dengan norma dan tingkah laku sosial yang berlaku di masyarakat, kecil kemungkinan menggunakan kekerasan atau ancaman. Persaingan seperti ini disebut persaingan secara sehat atau sportif.
Adapun persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Hal ini bukan lagi termasuk persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan. Misalnya persaingan di bidang ekonomi dan politik.

a) Hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya persaingan, antara lain:
–        perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang paling prinsip;
–        perselisihan paham yang mengusik harga diri seseorang;
–        persamaan kepentingan dalam hal yang sama;
–        perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat;
–        perbedaan kepentingan politik.

b) Persaingan dapat berakibat, sebagai berikut:
–        tumbuhnya solidaritas antaranggota kelompok atau kelompok;
–        timbulnya perubahan sikap baik positif maupun negatif;
–        kehilangan harta benda atau jiwa manusia jika terjadi benturan fisik;
–        terjadi negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai di dalam keadaan status quo.

c) Fungsi persaingan
Persaingan memiliki beberapa fungi antara lain:
–        dapat menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut untuk dapat dipenuhi tuntutannya, padahal tidak semua keinginan dapat dipenuhi secara serentak;
–        dapat menyalurkan kepentingan dan nilai-nilai dalam masyarakat, terutama nilai dan kepentingan yang dapat  menimbulkan persaingan;
–        dapat menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan sesuai dengan kemampuannya.

2) Kontravensi
Kontravensi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan sikap ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian kalangan tertentu dengan kalangan lain di masyarakat. Menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontravensi dibedakan menjadi lima bentuk sebagai berikut.

a) Kontravensi umum
Misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, kekerasan, dan mengancam.

b) Kontravesi sederhana
Misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memaki-maki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.

c) Kontravensi ultensif
Misalnya penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.

d) Kontravensi rahasia berupa pengkhianatan, membuka rahasia pihak lain.

e) Kontravensi taktis berupa intimidasi, mengganggu pihak lain, dan provokasi.

3) Pertikaian
Pertikaian adalah proses sosial yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan. Pertikaian merupakan proses sosial sebagai kelanjutan dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena makin tajamnya perbedaan antara kalangan yang berselisih paham. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.

4) Permusuhan (konflik)
Permusuhan (konflik) adalah keadaan yang membuat salah satu pihak merintangi atau menjadi penghalang bagi individu atau kelompok dalam melakukan kegiatankegiatan tertentu. Permusuhan atau konflik diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Permusuhan atau konflik merupakan situasi yang wajar dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, bahkan antarnegara. Permusuhan atau konflik merupakan sikap yang tidak terpuji, karena bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Permusuhan berbeda dengan persaingan. Perbedaan keduanya dapat Anda perhatikan pada tabel berikut.

Persaingan
1. Aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan reaksi yang berarti.
2. Tidak berniat menjatuhkan orang lain.
3. Dapat digunakan sebagai motivasi untuk meraih prestasi dengan hasil yang optimal.
4. Dilaksanakan dengan langkah-langkah nyata untuk mencapai tujuan.

Permusuhan
1. Aktivitas yang dilakukan mengakibatkan reaksi keras (benturan fisik).
2. Ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain.
3. Muncul karena kesalahpahaman kedua belah pihak.
4. Dilaksanakan dengan penuh prasangka sehingga merugikan orang lain.

a) Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik, sebagai berikut.
–        adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan;
–        berprasangka buruk kepada pihak lain;
–        individu yang kurang bisa mengendalikan emosi;
–        adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, misalnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial;
–        persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.

b) Macam-macam konflik (permusuhan)
– Konflik individu.
Konflik yang terjadi antara individu satu dengan individu yang lain, yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan.

– Konflik antara kelas sosial
Konflik yang terjadi antara kelas sosial yang satu dengan yang kelas sosial yang lain. Misalnya konflik antara pengusaha dengan buruh. Buruh menuntut kenaikan upah dengan jam kerja sedikit, sedangkan pengusaha sebaliknya.

– Konflik rasial
Konflik yang terjadi antara ras yang satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri fisik.

– Konflik politik
Konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama dalam bidang politik atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan.

– Konflik internasional
Konflik yang terjadi antarbangsa-bangsa di dunia yang disebabkan antara perbedaan kepentingan. Misalnya konflik antara Israel dengan Libanon.

Konflik merupakan proses dissosiatif yang tajam. Namun, konflik bisa membawa dampak positif bagi masyarakat. Misalnya konflik antarmasyarakat yang menginginkan perubahan dalam hidup bermasyarakat/bernegara.


ditulis oleh Wesly Suta Fernando Simanjuntak dari berbagai Sumber
Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger