Friday, March 23, 2012

Kerinduan Jiwa Kepemimpinan Batak

Minimnya pembahasan tentang kepemimpinan oleh yang dianggap tokoh di kalangan Batak, hal ini menjadikan setiap kepemimpinan(mendapatkan pemimpin) dikalangan Batak, baik yang berada di Bonapasogit (Tanah Batak) maupun orang-orang Batak yang berada diluar Bonapasogit ada diakibatkan proses mendapatkan kedudukan sebagai seorang pemimpin sehingga pemimpin yang terjadi bukan karena kepemimpinannya atau dari sikap dan integritas. Integritas merupakan hal yang utama dalam kepemimpinan, antara perkataan dan perbuatan harus selaras.

Minus kepercayaan, tidak mau tahu atau apatis terhadap pemimpin acap kali menjadi produk yang terjadi di masyarakat Batak akibat proses mendapatkan seorang pemimpin yang hanya dari kedudukan (posisi) saja. Tidak ada keteladanan yang hendak ditiru dari seorang pemimpin menjadikan rasa hormat hanya sebatas untuk mendapatkan keuntungan dari seorang pemimpin.


Banyak sudah buku yang membahas tentang kepemimpinan yang ditulis oleh para pakar, para pakar tersebut mengatakan keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari hasil akhirnya, seorang pemimpin berhasil apabila ajaran-ajarannya tetap hidup dan memiliki pengikut (followers) yang tetap mengingat bahkan mengembangkan ajarannya hingga seorang pemimpin itu meninggalkan dunia atau tidak lagi bersama pengikutnya. Keadaan ini sungguh terbalik dengan situasi kepemimpinan yang terjadi pada saat ini, pemimpin hanya dihargai ketika memiliki kedudukan (posisi) sebagai atasan, dan tidak adanya ajaran(perkataan), sikap, tindakan(perbuatan)  yang dijadikan teladan sehingga tidak memiliki pengikut.

Nama-nama besar pemimpin dunia yang masih memiliki pengikut hingga sekarang (sebagai hasil akhir yang tidak bisa disangkal bahwa sosok tersebut dulunya ada), mulai dari kepemimpinan spiritual (rohani) yang membuat pengikut-pengikutnya memahami ajaran dengan membentuk agama (sekte), hingga pemimpin-pemimpin social masyarakat yang tetap dikenang, seperti Mahat Magandhi, Martin Luther King Jr, Nelson Mandela, dan lain-lain. Belum lagi pemimpin dunia, akibat kepemimpinannya menjadi kaya raya dengan menghasilkan product yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, seperti komputer, dia adalah Bill Gates, mereka adalah pelopor-pelopor perubahan ditengah-tengah masyarakat, yang menghasilkan suatu product yang benar-benar bermanfaat tidak hanya untuk pengikutnya saja, tetapi bagi kemanusiaan itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan orang Batak, apakah orang Batak termasuk bangsa yang terpimpin?, apakah Batak sudah mengenal Demokrasi sejak jaman dahulu?, khusus mengenai kepimpinan, Batak menjadi suatu bangsa yang terpimpin tergantung dengan siapa pemimpinnya dan bagaimana caranya memimpin. Menurut pakar Batak, demokrasi sudah diperkanalkan oleh para leluhur melalui adat yang disebut “Dalihan Natolu”, pada system ini setiap orang memiliki posisi sebagai seseorang yang dihargai, diperlakukan sebagai  “Raja” dan suatu ketika bisa menjadi pelayan (parhobas).

Menilik sejarah kepemimpinan Raja Sisingamangaraja sebagai pemimpin yang disegani bukan hanya orang Batak tetapi juga diluar Batak baik musuh ataupun kawan  yang pernah ada di Tanah Batak, mulai dari Raja  pertama hingga XII itu bukanlah berasal dari satu marga tetapi berbeda-beda ini membuktikan bahwa demokrasi itu sudah ada, pemilihan pemimpin ditengah-tengah Batak sudah ada. Lalu bagaimanakah proses pemilihan menjadi Raja seperti Sisingamangaraja XII? Apakah hanya sampai ke XII saja? Siapakah raja(pemimpin) berikutnya yang menyandang ke XIII? Bagaimakah criteria menjadi Raja seperti Sisingamaraja XII? Adakah yang mampu menjadi penerusnya?, semuanya menjadi pertanyaan, apalagi bagi generasi berikutnya. Lagi-lagi hasil akhir yang menentukan fakta yang tidak dapat disangkal bahwa Raja Sisingamangaraja XII itu ada, fakta yang terdekat bahwa ajaran Raja Sisingamangaraja masih dianut dalam kepercayaan kelompok masyarakat yang ada ditengah-tengah Bonapasogit hingga sekarang.

Bagaimana dengan Nommensen, apakah Nommensen termasuk dalam paradigma perubahan Kepemimpinan di Tanah Batak atau bagi orang-orang Batak? Apakah Nommensen termasuk pemimpin Batak?, lagi-lagi eksistensi atau kehadiran, pengaruh Nommensen di Tanah Batak tidak dapat disangkal, hingga sekarang  ajaran yang dibawakan oleh Nommensen masih melekat bahkan menjadi salah satu kebanggaan terbesar orang Batak penganut Nasrani.  Keberhasilan Nommensen yang bukan asli Batak melainkan berkebangsaan Jerman memasuki tanah Batak tidaklah begitu mudah, sebelumnya juga sudah ada yang mencoba masuk namun gagal. Lalu apa yang membuat Nommensen berhasil, beliau mampu melebur menjadi bagian Batak dengan mempelajari budaya dan adat istiadat yang kemudian diadaptasikan keajaran yang dibawanya, sehingga Bangso Batak mau menerimanya pada saat itu. Sebagaimana kita ketahui Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) masih tetap menjunjung tinggi kearifan lokal budaya Batak.

Kedatangan Nommensen memang membuat perubahan pada tata cara orang Batak berhubungan dengan pencipta Alam dan begitu juga pola hidup dan kebiasaan-kebiasan orang Batak jaman dahulu. Nommensen yang seorang misionaris berasal dari Jerman telah mengeleminir fungsi para pemimpin kepercayaan(spiritual)  Batak jaman dahulu dan memasukkan pengetahuan eropa baik dalam beribadah, bertani , pendidikan dan bidang kesehatan sehingga orang Batak sering sekali disamakan karakternya dengan orang Jerman, keadaan ini seolah-olah menghilangkan budaya Batak oleh orang-orang yang tidak senang dengan perubahan positif terhadap Bangso Batak.

Adanya orang-orang (mungkin keturunan pemimpin spiritual Batak jaman dahulu) dan penganut agama yang berbeda,   menyalahkan Nommensen karena masuknya Nommensen bersamaan dengan masuknya penjajah Eropa (Belanda) ke Tanah Batak. Biasanya orang-orang tersebut menggadang-gadang bahwa rusaknya tatanan kebiasaan Batak jaman dahulu karena kehadiran Nommensen. Sangat miris melihat para penghujat Nommensen apalagi dari kalangan Batak. Sebagai generasi muda Batak yang melihat langsung bahwa keberadaan Batak tidak hanya diakui keberadaannya dan kemampuan intelektualnya dan karakternya oleh bangsa sendiri di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri tidak terlepas dari masuknya pendidikan yang dibawakan oleh Nommensen.

Keberhasilan kepemimpinan oleh Raja Sisingamangaraja dan Nommensen tidak terlepas dari karisma dan Integritas (antara perkataan dan perbuatan sama) tetapi mereka juga adalah motivator-motivar ulung yang mampu meningkatkan kebersamaan, semangat pada saat paceklik dan bertanggungjawab terhadap anggota-anggotanya, sehingga sampai sekarang Raja Sisingamangaraja XII dan Nommensen tetap memiliki pengikut (followers) ditengah-tengah keberagaman kepercayaan yang dianut, pendidikan, tingkat sosial Bangso Batak.

Pertentangan terhadap kehadiran Nommensen di Tanah Batak hanya memiliki persentase yang sangat kecil dibandingkan oleh orang-orang yang merasakan sisi positif oleh kehadiran Nommensen di Tanah Batak. Tingkat pendidikan, pengetahuan (mulai adat Batak, agama dll),  tingkat pergaulan, tingkat sosial dan penyebaran Bangso yang gemar merantau dan pada umumnya berhasil dan memiliki kedudukan (merasa memiliki pengaruh) di tempatnya masing-masing, sehingga membuat orang Batak tersebut untuk diakui kehebatannya sehingga ditokohkan, hal ini menjadi persaingan  pribadi-pribadi yang dibawakan kedalam substansi  Kebudayaan(adat) Batak dengan memanfaatkan pengetahuannya dan keBatakannya.

Selain tingkat persaingan dan keinginan ditokohkan, persoalan yang paling menghambat kemajuan orang Batak itu adalah kepemimpinan orang-orang Batak jaman sekarang, tidak timbulnya tokoh-tokoh Batak yang memiliki karisma seperti Raja Sisingamangaraja dan Nommensen yang mampu menenangkan jiwa-jiwa Batak yang terkenal susah diatur itu. Sering sekali para tokoh-tokoh (Cendekiawan Batak) jaman sekarang diangkat menjadi tokoh dan dianggap menajadi pemimpin Batak karena kedudukan (jabatan) dan memiliki uang(harta) yang banyak, tanpa memiliki pengikut (followers) yang tetap mengabadikan ajaran-ajarannya dan produk yang memang berguna untuk generasi berikutnya. Tidak adanya kaderisasi, takutnya tersaingi yang menyebabkan egoisme, iri dan dengki sesama Batak yang merasa sama-sama memiliki kemampuan untuk mengangkat moral Batak.

Kegagalan para pemimpin-pemimpin Batak mulai dari kepemimpinan spiritual Batak jaman sekarang yang tidak meniru dan memahami amanah Nommensen untuk kepentingan pribadi. Begitu juga pemimpin pemerintahan yang tidak meneladani kepemimpinan Raja Sisingamangaraja yang mampu mengayomi warganya.  Para cendekiawan Batak sering sekali enggan membahas ketedalanan Kepemimpinan Batak yang pernah ada padahal substansi kepemimpinan Batak itu sangat berguna bagi generasi penerus kelangsungan hidup orang Batak.

Pada tulisan ini penulis mengkritik para cendekiawan Batak yang ingin ditokohkan(diakui keberadaannya) dan orang-orang Batak yang tidak senang dengan kemajuan Batak dengan selalu  mencoba membongkar-bongkar sisi negative agar Batak terpecah,  daripada membangkitkan sisi positif sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki orang-orang Batak. Penulis juga mencoba mengajak para Cendekiawan Batak, mulai Tokoh agama, budayawan, akademisi (antropolog) untuk kembali membahas dan menunjukkan Tauladan kepemimpinan (integritas) seorang Batak dengan menghasilkan produk yang berguna bagi generasi berikutnya sehingga suatu saat para cendekiawan tersebut menjadi orang yang dikenang, dicontoh dan mendapatkan pengikut sebagai syarat utama kepemimpinan.

Penulis adalah seorang Generasi Muda Batak pengikut,  pengagum kepemimpinan Nommensen dan Raja Sisingamangaraja di Tanah Batak yang pernah ada dengan melihat hasil bahwa pengaruh kepemimpinan keduanya memang ada.

Tulisan ini juga saya dedikasikan kepada orang-orang Batak yang saya anggap memiliki kemampuan pencerahan terhadap pemikiran saya, sekaligus sebagai bahan pertanyaan, baik yang saya kenal langsung dgn berintaraksi langsung dan melalui tulisan-tulisan (sebelumnya saya mohon maaf karena selama ini saya mengamati dan diam-diam saya mempelajari) sehingga saya memberanikan menulis tulisan ini, semoga para senioran/cendekiawan Batak (yg ada di list Facebook saya) yang sering membahas tentang esensi kehidupan Batak (pemerhati Batak) dan rohani, iini mau memberikan pencerahan, membagikan ilmunya terhadap pemikiran saya, maaf kalau tulisan kurang sempurna, siap untuk dikritik dan meminta maaf kalau salah dalam pemikiran tentang sesuatu pada tulisan. 
Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger