Tuesday, October 2, 2012

PILGUBSU 2013 : Masyarakat Sumut Dituntut Harus Cerdas

Ditulis Oleh : Eliap Lumbantoruan
Pemilukada Provinsi Sumatera Utara tahun depan(2013) sudah mulai bergelora, berbagai pihak sudah mulai menyatakan diri mampu menjadi "The Number One" di Provinsi itu. Akan tetapi, seperti proses pemilukada-pemilukada yang sudah-sudah, kriteria utamanya masih tetap yang punya uang (The Have). Sayangnya, yang punya uang ini pun tidak mampu mengukur dirinya mampu atau tidak secara kompetensi. Akibat dari banyaknya para petualang politik yang berduit ini, partai politikpun jual-jual mahal seperti "Tukang Ojek". Kriteria dukungan bukan pada kemampuan yang teruji dan layak untuk membangun daerah yang akan dipimpin tetapi lebih kepada jumlah "Getep (Kekutan Finansial)" yang bisa didapat dari calon-calon itu.

Lucu pertandingan pemilukada di Indonesia ini, semestinya partai-partai politik itu yang melakukan recruitmen untuk mencari calon mereka yang terbaik untuk dimajukan dalam pentas pertandingan tersebut, yang mereka dukung bukan hanya sebagai "Tumpangan Ojek" tapi sesungguh-sungguhnya mendukung luar dan dalam atau bahkan sampai berdarah-darah. Kenyataan yang terjadi, sebaik-baiknya calon pun, harus bergerilia mulai dari bawah sampai ke atas dengan biaya sendiri untuk bisa ikut bertanding, sekali lagi hanya untuk ikut bertanding. Tidak peduli mau mengeluarkan puluhan atau bahkan ratusan millyard asalkan ikut bertanding, sekalipun secara sadar bahwa kendaraan "Ojek" yang mereka tumpangi untuk ikut bertanding, hanya sebagai persyaratan administrative saja dan tidak begitu berpengaruh terhadap proses pemenangan pada saat pertandingan. 

Kondisi ini juga menyuburkan petualang-petualan politik yang lain, dengan embel-embel "team sukses" atau yang paling sering disebut dengan "TS". Gilanya team sukses ini pun harus dibiayai dari tingkat desa sampai tingkat provinsi. Semakin banyak TS dan partai yang mendukung mestinya semakin ringan tanggungan yang harus dipikul. Akan tetapi pemeo yang mengatakan "Ringan Sama Dijinjing Berat Sama Dipikul" sepertinya tidak berlaku dalam pemilukada-pemilukada tersebut. Bahkan makin banyak TS dan Partai Pendukung malah seperti memelihara harimau lapar yang hanya butuh daging mentah.

Dalam kondisi yang demikian, mestinya pemilih di Sumut Utara sudah semakin cerdas memberikan hak pilihnya untuk memilih yang terbaik untuk memimpin SUMUT dalam pemilukada yang akan datang. Hubungan-hubungan primordial seperti semarga, sesuku bahkan seagama, tidak lagi menjadi faktor dalam menentukan pilihan.
Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger