Monday, October 17, 2011

Ichwan Diminta Pertanggung jawabkan Risetnya – Seputar Sebutan Asal-usul Kata Batak dari Musafir Barat

Tokoh masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Kabupaten Samosir, serta Forum Masyarakat Peduli Bonapasogit (FMPB) menentang keras hasil penelitian sejarahwan Universitas Negeri Medan (Unimed), Phiil Ichwan Azhari yang menyebutkan asal-usul kata Batak diciptakan para musafir Barat dan kemudian dikukuhkan misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860-an.

“Kata Batak dan adat Batak bukan diadapsi dari misionaris Jerman atau dari suku Jerman. Hal ini dapat dibuktikan dari sejarah penjajahan Belanda ke Indonesia dan sejarah orang Batak,” ujar Sabaruddin Tambunan, salahseorang tokoh masyarakat Balige Kabupaten Tobasa kepada METRO, Selasa (15/11).
Dijelaskannya, saat penjajahan itu, misionaris Jerman menumpang ke kapal tentara Belanda. Sangat tidak elegan dan tidak beralasan jikalau ada seorang sejarawan yang mengatakan kata Batak atau adat Batak diadopsi dari Jerman. Sebab kedatangan orang Jerman ke Sumatera atau ke Indonesia tahun 1800-an. Sementara Belanda sudah menjajah Indonesia pada tahun 1500-an dan masuk ke Sumatera sekitar tahun 1600-an.
Sabaruddin Tambunan yang lancar berbasa Jerman ini juga mengatakan, jikalau benar kata Batak diadopsi dari Jerman, paling tidak ada makna atau arti kata Batak bagi orang Jerman. “Saya sudah lama bergaul dan berkomunikasi dengan orang Jerman, bahkan saya lancar berbahasa Jerman. Namun setahu saya kata Batak tidak mempunyai arti tersendiri bagi orang Jerman,” paparnya.
Demikian juga dengan kata “Bata”, lanjut Sabaruddin, kata “Bata” tidak benar berasal dari kata Jerman melainkan kata dari San Sekerta yang menyebutkan Dewa. “Jadi sangat tidak cocok jikalau kata “Bata” untuk menyebutkan orang yang tidak beradap dan orang liar. Saya heran dan bingung membacara pernyataan Ichwan Azhari itu,” ujarnya. Yang dapat membuktikan bahwa kata Batak bukan berasal dari Jerman adalah Sejarah orang Batak, ya itu Oppung Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, Pinggiran Danau Toba sekitar tahun 1200 atau awal abad ke-13.
“Bukan itu saja, Raja Sisingamangaraja XII juga kita mengetahui jelas dalam sejarah bahwa dia wafat tahun 1907, padahal Raja Sisingamangaraja XII merupakan generasi ke-19 dari Si Raja Batak,” tegasnya.
Hal sama juga ditegaskan tokoh masyarakat Samosir, Victor Simbolon. “Kita memang belum mengetahui hasil penelitian itu. Tapi dengan ini secara tegas saya katakan penelitian itu kami tolak. Mana mungkin dia (Ichwan Azhari-red) yang lebih tahu tentang bagaimana suku Batak dibanding orang Batak sendiri,” tukas Victor Simbolon ketika dihubungi METRO, Rabu (17/11) kemarin. Dijelaskannya, Ichwan Azhari tidak lebih paham bagaimana sejarah, adat dan kebudayaan Batak. Sebab, menurutnya hasil penelitian yang dilakukan tersebut masih bersifat sepihak atau tidak berimbang. Sementara itu pengurus Forum Masyarakat Peduli Bonapasogit (FMPB), Wesly Suta Fernando Simanjuntak, saat dihubingi METRO, Rabu (17/11) mengatakan, Ichwan Azhari harus mempertanggung jawabkan segala sebab akibat dari hasil riset yang telah dipublikasikan tersebut kepada seluruh suku Batak.Ditambahkan, pihaknya yang kini beranggotakan lebih dari dari 3.700 generasi muda Batak akan segera melakukan klarifikasi kepada Ichwan Azhari. “Kita akan klarifikasi yang bersangkutan. Dia itu yang notabene berasal dari suku Melayu sudah tidak etis mengurusi hal semacam itu,” paparnya. (metrosiantar.com).

Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger