Danau Toba |
Danau Toba merupakan salah satu ciri
khas Sumatera Utara, bahkan Indonesia.
Boleh jadi disebut ciri khas Sumatera Utara dan Indonesia selain karena
merupakan danau air tawar terbesar di Asia Tenggara, juga merupakan danau yang
terjadi akibat letusan gunung berapi (Vulkanik) terbesar di dunia. Bahkan Tim
peneliti multidisplin internasional yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia,
mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa
telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli
geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan
hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada
74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan
abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran
abunya.
Kedasyatan Gunung Toba tidak
hanya membentuk Danau Toba yang begitu Indah ditambah dengan adanya Pulau
Samoir yang berada di ditengah danau. “Gunung Toba” yang telah membentuk Danau
Toba yang indah itu juga telah membentuk peradaban manusia yang disebut dengan Suku
Bangsa “Batak” atau yang lebih dikenal dengan “Bangso Batak” terdiri dari
beberapa sub suku(puak) terdiri dari: Toba, Karo, Simalungun, Mandailing,
Angkola dan Pakpak. Dengan pola hidup dan karakteristik yang boleh dibilang “keras”
dan memiliki identitas kebudayaan yang
sangat unik bahkan satu-satunya di Indonesia dengan pola hubungan keluarga,
setiap klan diberi “Marga” untuk menandakan setiap keturunannya, pola hubungan marga
(kekerabatan) yang bersifat patrilinial ini tidak diperbolehkan untuk menikah
atau memiliki keturunan dengan yang se-marga, hingga saat ini orang-orang Batak
sangat mentaati aturan yang telah disampaikan oleh leluhurnya.
Kebudayaan Batak telah
memberikan Pedoman (guide lines) yaitu Tata Krama Utama bermasyarakat yang
disebut dengan Dalihan Na Tolu : Somba marhula-hula (hormat kepada
hula-hula: marga-marga dari mana istri, ibundanya, inangtua/uda, ompung boru
dst ), Manat mardongan tubu (tertib dan awas terhadap kawan semarga),dan
Elek marboru (lemah lembut dan bersikap mengayomi terhadap boru). Budaya
Batak juga memberikan seperangkat alat atau wahana berupa sikap-sikap hidup
(attitudes) berupa :
1)
Realistis dan rasional
2)
Terus terang/Terbuka (transparent,
straight to the point dan result oriented)
3)
Setia kawan (reliable atau
dapat diandalkan)
4)
Sungguh-sungguh dan tidak berpuas
diri (no self complacences)
5)
berani ambil risiko (risk taker)
6)
Bertanggung jawab (Responsible)
7)
Demokratis dan berjiwa sosial (yang
berakar pada sikap egalitarian, semua orang adalah sederajat dan mempunyai hak
dan kewajiban yang sama, setiap orang adalah raja atau boru ni raja)
Kesemua sikap hidup ini dapat
disimpulkan dalam suatu sikap hidup utama Batak : raja (tekanan di suku
kata yang kedua dan artinya mendekati kata satria atau gentleman di Inggris dan
muruwah di Arab) yang bermakna: mandiri, bijak, bertanggungjawab dan berwibawa
sehingga menghasilkan jiwa Batak yang Unggul dalam cara berpikir (habitual mode
of thinking, kognitif), Unggul cara merasa (mode of feeling, affeksi) dan Unggul
cara mengambil keputusan atau bertindak (evaluating). Sementara sejarah Indonesia mencatatkan bahwa
orang Batak memiliki peranan penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia
seperti pada sumpah pemuda tahun 1928 (Jong Batak) dan peranan Sisingamangaraja
XII untuk mempertahankan Tanah Batak dari penjajahan Belanda.
Danau Toba Yang Sekarang Terlupakan Atau Sengaja Dilupakan?
Banyak orang Indonesia tidak
sadar, khususnya pemerintah mulai Pusat dan terutama yang di Sumatera Utara, bahwa Danau
Toba merupakan maghnet yang mampu meningkatkan PAD Sumatera Utara bahkan Devisa
Negara. Orang Indonesia pada umumnya akan marah, sibuk dan merasa memiliki
apabila yang dianggap miliknya diklaim oleh orang lain sebut saja “Tor-tor”,
bagaikan petir yang menyambar amarah dan sikap sebagian orang Indonesia dan
pada umumnya Batak tidak terkontrol. Bagi Dunia dan orang Indonesia khususnya orang
Batak yang sadar, Danau Toba tidak hanya sekedar penghilang rasa penat, pelipur lara, khiasan
lingkungan, tempat mencari nafkah tetapi sebagai sesuatu yang memiliki nilai historis dan symbol
pemersatu.
Oleh dunia internasional seperti
UNESCO dan para pakar (Ilmuwan) seperti juga yang ada di beberapa situs
traveling tujuan wisata, bahwa Danau Toba dan Batak adalah salah Satu Fakta
tentang Indonesia(http://goasia.about.com/b/2012/09/12/indonesia-facts.htm),
Para Pemilik Modal (Investor) bertaraf Internasional, Danau Toba sebenarnya
memiliki daya pikat yang kuat untuk dijadikan sebagai sektor riil pendapatan
daerah maupun Negara dan oleh Ilmuwan Sebagai salah satu Cagar Wisata Alam dan
Budaya Dunia berdasarkan nilai historis
dengan munculnya peradaban yang unik.
Namun persoalan kepercayaan terhadap pemerintah yang cenderung koruptif,
elitis, dan selalu berpandangan sisi Politis dan tidak mau tahu, sehingga
menghambat segala program yang akan menjadikan Danau Toba sebagai salah satu
destinasi pariwisata Dunia. Dilihat dari manfaat Danau Toba dan bagaimana
menghadapi oknum pemerintah dan karakteristik yang cenderung manipulative dan
koruptif hanya Negara Jepang yang mampu memanfaatkannya dengan berdirinya
Inalum.
Tidak hanya sampai disitu, selain
infrastruktur yang tidak memadai baik yang berada disekitar Danau Toba maupun
menuju Danau Toba, juga adalah kurangnya rasa sadar “memiliki” sebagai sifat sebagian
masyarakat Indonesia dan Sumatera Utara khususnya akibat pandangan bahwa Danau
Toba hanya milik segelintir Suku, Agama yang diikuti oleh para Elit Politik
sehingga secara Politis Danau Toba tidak memiliki nilai jual untuk mengangkat
keindahan Danau Toba. Belum lagi beberapa tahun terakhir ini rencana pemerintah
yang hendak menjadikan Danau Toba sebagai bagian pariwisata bisnis hiburan dan
perjudian yang tentunya sangat bertentangan dengan tradisi dan adat istiadat
masyarakat yang berada di kawasan Danau Toba (Bukan hanya agama tetapi sejak
nenek moyang terdahulu sebelum agama masuk) tanpa menilik apa yang diungkap
oleh para pakar atau Ilmuwan yang berasal dari kampus-kampus terkenal di dunia,
ditambah munculnya perusak lingkungan hidup kawasan Danau Toba yang selama ini
mendapat perlawanan dari masyarakat seperti PT. Toba Pulp Lestari, dan PT.
Aquafarm.
Cagubsu 2013 Hendaknya Memasukan Danau Toba Sebagai Salah Satu Visi Dan
Misi.
Banyaknya bakal calon gubernur
Sumatera Utara yang hendak maju sebenarnya member peluang akan masa depan Danau
Toba sebagai salah satu kebanggan Sumatera Utara, Indonesia bahkan Dunia. Namun
sangat disayangkan setiap kali dalam perhelatan politik khususnya Sumatera Utara, Danau Toba sering
dilupakan, berbagai alasan pun menghantui mulai alasan politis dalam hal ini
jumlah pemilih yang berada di kawasan Danau Toba tidak cukup signifikan untuk
mengangkat salah satu calon dengan kata lain hanya Kota Medan mampu mengalahkan
beberapa Kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba, belum lagi alasan yang tidak
popular bahwa Danau Toba hanya milik segelintir orang, suku tertentu dan agama
tertentu sekalipun berada di wilayah NKRI dan alasan-alasan klasik seperti
ketidakmampuan APBD Sumut yang hanya 6 Trilyun maupun APBN dan alasan lainnya
yang tidak populer.
Sebenarnya yang dibutuhkan untuk
mengangkat masa depan Sumut adalah program nyata dengan pemanfaatan sumber daya
alam seperti Danau Toba dan lainnya dan juga sumber daya manusianya. Namun
sayangnya perhelatan Politik Pilgubsu, Pileg, Pemilihan Bupati, para calon
hanya memasukkan program yang muluk-muluk(tidak masuk akal) dan tidak realistis
cenderung ke dalam organisasi (birokratis), seperti pemberantasan KKN yang
sebenarnya di era sekarang KPK, dan LSM menjadi momok menakutkan bagi siapapun
kepala daerah yang koruptif dengan pembuktian
Sumut adalah penyumbang terbesar Kepala Daerah yang masuk bui, kemudian alasan berikutnya adalah, Pendidikan
Gratis, Kesehatan Gratis, Pupuk Gratis, dan lain-lain yang gratisan katanya,
yang menjadi pertanyaan “Dananya dari mana?, dengan membagi APBD yang hanya 6
Triliun untuk Sumut yang begitu luas?”, kemudian “Pengentasan Kemiskinan”, apa
yang dijual atau apa yang dikorbankan di Sumatera Utara sehingga kemiskinan
bisa dientaskan?”, pertanyaan berikut , “Kemiskinan
atau orang miskinnya yang dientaskan atau dienyahkan?. Pertanyaan-pertanyaan
itu tidaklah asal untuk ditanyakan, sebagai pemilih cerdas tentunya visi dan
misi seperti itu adalah program-program cagubsu sebelum baik yang menang
ataupun yang kalah namun sedikitpun tidak ada faedahnya untuk perubahan Sumut.
Yang dibutuhkan adalah Cagubsu
yang memiliki visi dan misi program nyata yang bisa dituangkan di dalam RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) atau RPJMD dan RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang) yang mampu mengangkat moral Sumatera Utara secara menyeluruh
tentunya mengangkat apa yang menjadi ciri khas Sumut, yang mampu mendatangkan
investor tanpa merusak lingkungan hidup. Selain keberanian, kecakapan memimpin,
kedisiplinan, tidak berbau SARA, tidak sektarianisme, juga berani mengusir para
perusak lingkungan hidup dan mengembalikan keasrian Danau Toba sebagai salah
satu ikon Sumut Bahkan Indonesia.