Tuesday, October 2, 2012

GUBSU 2013-2018 : Kembalikan Citra Danau Toba Sebagai Kebanggaan Sumut Dan Indonesia


Danau Toba
Danau Toba merupakan salah satu ciri khas Sumatera Utara, bahkan Indonesia.  Boleh jadi disebut ciri khas Sumatera Utara dan Indonesia selain karena merupakan danau air tawar terbesar di Asia Tenggara, juga merupakan danau yang terjadi akibat letusan gunung berapi (Vulkanik) terbesar di dunia. Bahkan Tim peneliti multidisplin internasional yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.

Kedasyatan Gunung Toba tidak hanya membentuk Danau Toba yang begitu Indah ditambah dengan adanya Pulau Samoir yang berada di ditengah danau. “Gunung Toba” yang telah membentuk Danau Toba yang indah itu juga telah membentuk peradaban manusia yang disebut dengan Suku Bangsa “Batak” atau yang lebih dikenal dengan “Bangso Batak” terdiri dari beberapa sub suku(puak) terdiri dari: Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola dan Pakpak. Dengan pola hidup dan karakteristik yang boleh dibilang “keras” dan  memiliki identitas kebudayaan yang sangat unik bahkan satu-satunya di Indonesia dengan pola hubungan keluarga, setiap klan diberi “Marga” untuk menandakan setiap keturunannya, pola hubungan marga (kekerabatan) yang bersifat patrilinial ini tidak diperbolehkan untuk menikah atau memiliki keturunan dengan yang se-marga, hingga saat ini orang-orang Batak sangat mentaati aturan yang telah disampaikan oleh leluhurnya. 

Kebudayaan Batak telah memberikan Pedoman (guide lines) yaitu Tata Krama Utama bermasyarakat yang disebut dengan Dalihan Na Tolu : Somba marhula-hula (hormat kepada hula-hula: marga-marga dari mana istri, ibundanya, inangtua/uda, ompung boru dst ), Manat mardongan tubu (tertib dan awas terhadap kawan semarga),dan Elek marboru (lemah lembut dan bersikap mengayomi terhadap boru). Budaya Batak juga memberikan seperangkat alat atau wahana berupa sikap-sikap hidup (attitudes)  berupa :
1)      Realistis dan rasional
2)      Terus terang/Terbuka (transparent, straight to the point dan result oriented)
3)      Setia kawan (reliable atau dapat diandalkan)
4)      Sungguh-sungguh dan tidak berpuas diri (no self complacences)
5)      berani ambil risiko (risk taker)
6)      Bertanggung jawab (Responsible)
7)      Demokratis dan berjiwa sosial (yang berakar pada sikap egalitarian, semua orang adalah sederajat dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama, setiap orang adalah raja atau boru ni raja)

Kesemua sikap hidup ini dapat disimpulkan dalam suatu sikap hidup utama Batak : raja (tekanan di suku kata yang kedua dan artinya mendekati kata satria atau gentleman di Inggris dan muruwah di Arab) yang bermakna: mandiri, bijak, bertanggungjawab dan berwibawa sehingga menghasilkan jiwa Batak yang Unggul dalam cara berpikir (habitual mode of thinking, kognitif), Unggul cara merasa (mode of feeling, affeksi) dan Unggul cara mengambil keputusan atau bertindak (evaluating).  Sementara sejarah Indonesia mencatatkan bahwa orang Batak memiliki peranan penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia seperti pada sumpah pemuda tahun 1928 (Jong Batak) dan peranan Sisingamangaraja XII untuk mempertahankan Tanah Batak dari penjajahan Belanda.

Danau Toba Yang Sekarang Terlupakan Atau Sengaja Dilupakan?
Banyak orang Indonesia tidak sadar, khususnya pemerintah mulai Pusat dan  terutama yang di Sumatera Utara, bahwa Danau Toba merupakan maghnet yang mampu meningkatkan PAD Sumatera Utara bahkan Devisa Negara. Orang Indonesia pada umumnya akan marah, sibuk dan merasa memiliki apabila yang dianggap miliknya diklaim oleh orang lain sebut saja “Tor-tor”, bagaikan petir yang menyambar amarah dan sikap sebagian orang Indonesia dan pada umumnya Batak tidak terkontrol. Bagi Dunia dan orang Indonesia khususnya orang Batak yang sadar, Danau Toba tidak hanya sekedar  penghilang rasa penat, pelipur lara, khiasan lingkungan, tempat mencari nafkah tetapi sebagai  sesuatu yang memiliki nilai historis dan symbol pemersatu. 

Oleh dunia internasional seperti UNESCO dan para pakar (Ilmuwan) seperti juga yang ada di beberapa situs traveling tujuan wisata, bahwa Danau Toba dan Batak adalah salah Satu Fakta tentang Indonesia(http://goasia.about.com/b/2012/09/12/indonesia-facts.htm), Para Pemilik Modal (Investor) bertaraf Internasional, Danau Toba sebenarnya memiliki daya pikat yang kuat untuk dijadikan sebagai sektor riil pendapatan daerah maupun Negara dan oleh Ilmuwan Sebagai salah satu Cagar Wisata Alam dan Budaya Dunia  berdasarkan nilai historis dengan munculnya peradaban yang unik.  Namun persoalan kepercayaan terhadap pemerintah yang cenderung koruptif, elitis, dan selalu berpandangan sisi Politis dan tidak mau tahu, sehingga menghambat segala program yang akan menjadikan Danau Toba sebagai salah satu destinasi pariwisata Dunia. Dilihat dari manfaat Danau Toba dan bagaimana menghadapi oknum pemerintah dan karakteristik yang cenderung manipulative dan koruptif hanya Negara Jepang yang mampu memanfaatkannya dengan berdirinya Inalum.

Tidak hanya sampai disitu, selain infrastruktur yang tidak memadai baik yang berada disekitar Danau Toba maupun menuju Danau Toba, juga adalah kurangnya rasa sadar “memiliki” sebagai sifat sebagian masyarakat Indonesia dan Sumatera Utara khususnya akibat pandangan bahwa Danau Toba hanya milik segelintir Suku, Agama yang diikuti oleh para Elit Politik sehingga secara Politis Danau Toba tidak memiliki nilai jual untuk mengangkat keindahan Danau Toba. Belum lagi beberapa tahun terakhir ini rencana pemerintah yang hendak menjadikan Danau Toba sebagai bagian pariwisata bisnis hiburan dan perjudian yang tentunya sangat bertentangan dengan tradisi dan adat istiadat masyarakat yang berada di kawasan Danau Toba (Bukan hanya agama tetapi sejak nenek moyang terdahulu sebelum agama masuk) tanpa menilik apa yang diungkap oleh para pakar atau Ilmuwan yang berasal dari kampus-kampus terkenal di dunia, ditambah munculnya perusak lingkungan hidup kawasan Danau Toba yang selama ini mendapat perlawanan dari masyarakat seperti PT. Toba Pulp Lestari, dan PT. Aquafarm.

Cagubsu 2013 Hendaknya Memasukan Danau Toba Sebagai Salah Satu Visi Dan Misi.
Banyaknya bakal calon gubernur Sumatera Utara yang hendak maju sebenarnya member peluang akan masa depan Danau Toba sebagai salah satu kebanggan Sumatera Utara, Indonesia bahkan Dunia. Namun sangat disayangkan setiap kali dalam perhelatan politik  khususnya Sumatera Utara, Danau Toba sering dilupakan, berbagai alasan pun menghantui mulai alasan politis dalam hal ini jumlah pemilih yang berada di kawasan Danau Toba tidak cukup signifikan untuk mengangkat salah satu calon dengan kata lain hanya Kota Medan mampu mengalahkan beberapa Kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba, belum lagi alasan yang tidak popular bahwa Danau Toba hanya milik segelintir orang, suku tertentu dan agama tertentu sekalipun berada di wilayah NKRI dan alasan-alasan klasik seperti ketidakmampuan APBD Sumut yang hanya 6 Trilyun maupun APBN dan alasan lainnya yang tidak populer.

Sebenarnya yang dibutuhkan untuk mengangkat masa depan Sumut adalah program nyata dengan pemanfaatan sumber daya alam seperti Danau Toba dan lainnya dan juga sumber daya manusianya. Namun sayangnya perhelatan Politik Pilgubsu, Pileg, Pemilihan Bupati, para calon hanya memasukkan program yang muluk-muluk(tidak masuk akal) dan tidak realistis cenderung ke dalam organisasi (birokratis), seperti pemberantasan KKN yang sebenarnya di era sekarang KPK, dan LSM menjadi momok menakutkan bagi siapapun kepala daerah yang koruptif  dengan pembuktian Sumut adalah penyumbang terbesar Kepala Daerah yang masuk bui,  kemudian alasan berikutnya adalah, Pendidikan Gratis, Kesehatan Gratis, Pupuk Gratis, dan lain-lain yang gratisan katanya, yang menjadi pertanyaan “Dananya dari mana?, dengan membagi APBD yang hanya 6 Triliun untuk Sumut yang begitu luas?”, kemudian “Pengentasan Kemiskinan”, apa yang dijual atau apa yang dikorbankan di Sumatera Utara sehingga kemiskinan bisa dientaskan?”,  pertanyaan berikut , “Kemiskinan atau orang miskinnya yang dientaskan atau dienyahkan?. Pertanyaan-pertanyaan itu tidaklah asal untuk ditanyakan, sebagai pemilih cerdas tentunya visi dan misi seperti itu adalah program-program cagubsu sebelum baik yang menang ataupun yang kalah namun sedikitpun tidak ada faedahnya untuk perubahan Sumut.

Yang dibutuhkan adalah Cagubsu yang memiliki visi dan misi program nyata yang bisa dituangkan di dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) atau RPJMD dan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) yang mampu mengangkat moral Sumatera Utara secara menyeluruh tentunya mengangkat apa yang menjadi ciri khas Sumut, yang mampu mendatangkan investor tanpa merusak lingkungan hidup. Selain keberanian, kecakapan memimpin, kedisiplinan, tidak berbau SARA, tidak sektarianisme, juga berani mengusir para perusak lingkungan hidup dan mengembalikan keasrian Danau Toba sebagai salah satu ikon Sumut Bahkan Indonesia.

Free web Counter Log Counter powered by  http://www.myusersonline.com
stay younger