Bakal Cagubsu : LetJend (Purn). AY. Nasution dan LetJend (Purn) Cornel Simbolon |
Pemilihan Kepala Daerah maupun
Pemilihan Presiden tidak terlepas dari peranan atau keikutsertaan militer dan
dipastikan dalam setiap pemilihan pasti ada pensiunan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) yang maju sebagai calon kepala daerah atau Kepala Negara yang
diusung oleh partai-partai besar yang memiliki kekuatan di parlemen maupun di
pemerintahan. Tidak tanggung-tanggung para kandidat yang diusung dari pensiunan
TNI setidaknya berpangkat Mayor Jenderal (Berbintang Dua), Letnan Jenderal
(Berbintang Tiga) dan Sang Jenderal Penuh (Berbintang Empat). Para Jenderal
yang telah pensiun ini memang telah mengerti posisi atau aturan main untuk
mencalonkan diri sebagai Kepala Negara atau Kepala Daerah.
Pensiunan Jenderal TNI (Bintang
Empat) dan Letnan Jenderal (Bintang Tiga) biasanya ikut mencalonkan atau
dicalonkan sebagai Kepala Negara (Presiden) setidaknya juga sering duduk
dijajaran pembantu Presiden seperti Menteri sedangkan Mayor Jenderal (Bintang Dua)
dan Brigadir Jendral (Bintang Satu) biasanya ikut mencalonkan diri sebagai
calon Gubernur atau Kepala Daerah Tingkat I.
Para Pensiunan Jenderal yang
hendak mencalonkan diri sebagai Presiden atau Gurbernur pada umumnya juga
memiliki karir bagus dan strategis
ketika aktif sebagai militer. Untuk menjabat sebagai Presiden posisi sebagai
Jenderal yang pernah menduduki jabatan Panglima TNI (Jenderal Bintang Empat)
atau Kepala Staff sedangkan Pangdam (Mayor Jenderal Bintang Dua) biasanya
dikader untuk menjadi Kepala Daerah Tingkat I (Gubernur). Yang menjadi nilai
jual mantan TNI tentunya paling sering diharapkan masyarakat sipil adalah
kemampuan menjaga stabilitas keamanan, ketegasan, serta kedisiplinan dalam
memimpin namun masyarakat juga masih merasa enggan dengan “ekslusivisme” dan trauma
kepemimpinan TNI pada masa orde baru, mantan Presiden Soeharto menempatkan
militer sebagai bagian penting dari alat melanggengkan dan memperluas kekuasaan
selain birokrasi dan teknokrat. ABRI dijadikan instrumen penting dalam menjaga kebijakan
kooperatisme. Dengan dalih menjaga stabilitas, Presiden Soeharto memberikan
banyak peran istimewa, menempatkan banyak perwira sebagai menteri, gubernur,
walikota, bupati, irjen dan lain-lain. Posisi istimewa ABRI tidak hanya pada
ruang politik, namun berada pada ruang yang lain seperti ekonomi. Pemerintahan
orde baru menempatkan banyak perwira aktif untuk menjadi komisaris atau
direktur utama BUMN dan BUMD, dan masa peralihan menuju era reformasi.
Di Sumatera Utara yang hendak
melakukan pemilihan Kepala Daerah (Gubernur periode 2013-2018) kali ini memang
cukup unik nama-nama yang muncul sebagai bakal calon Gubernur Sumut yang santer
diberitakan dan telah menyatakan diri secara langsung maupun melalui alat-alat
peraga yang tersebar di daerah-daerah terdiri dari kalangan mantan TNI yang
berpangkat Purnawirawan Letnan Jenderal seperti Letjend (Purn) A.Y Nasution dan
Letjend (Purn) Cornel Simbolon, kedua bakal calon ini juga mantan petingi TNI
yang memiliki jabatan strategis seperti Letjend (Purn) A.Y. Nasution sebelumnya
adalah mantan PANGKOSTRAD (Panglima Komando Strategi Angkatan Darat) Tentara
Nasional Indonesia, sedangkan Letjend(Purn) Cornel Simbolon adalah seorang
mantan WAKASAD (Wakil Kepala Staff Angkatan Darat).
Sebelumnya, setelah reformasi
Gubernur Sumut juga diduki oleh seorang mantan Mayor Jenderal (Purn) Tengku
Rizal Nurdin dari hasil pemilihan di legislative dan setelah pilkada langsung (2008) terpilih Syamsul
Arifin, SE (Sipil) sebagai Gubernur Sumut. Pada persaingan tahun 2008 nama
LetJend Cornel Simbolon juga sempat maju sebagai bakal calon Gubernur Sumut
namun setelah verifikasi KPU nama Cornel Simbolon tidak ada lagi. Pada
persaingan Gubsu 2008 hanya nama MayJend (Purn) Tritantomo mantan Pangdam Bukit
Barisan berpasangan dengan Dr. Benny Pasaribu sebagai wakil yang maju sebagai calon Gubsu(Diusung
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan-PDIP) bersaing dengan beberapa
kandidat yang berasal dari Sipil dan dimenangkan oleh pasangan Syamsul Arifin,
SE dan Gatot Pudjo Nugroho sebagai Wagubsu periode 2008-2013. Kali itu Calon
Gubernur Sumut berasal dari TNI yang dipilih langsung oleh Rakyat Sumut kalah.
Kali ini, periode 2013-2018 nama
bakol calon Gubernur Sumut pun muncul dari kalangan TNI dan yang muncul adalah para Jenderal Bintang Tiga (Letnan
Jenderal), putra terbaik TNI ini sepertinya tidak ingin kalah lagi sehingga
sampai saat ini belum muncul mantan Jenderal Bintang Dua (Mayor Jenderal)
setingkat Pangdam atau Kapolda.
Namun apabila ditilik dari
pemilihan Gubsu 2008 dan pemilihan Gubernur Kota Besar lainnya pada era
sekarang (2012) seperti Jakarta, para Jenderal Purnawirawan juga banyak yang
kalah dalam pemilihan langsung. Sosok yang sederhana, merakyat dan berasal dari
kalangan sipillah yang menang sebagai contoh Jokowi dan Ahok serta Gubsu
periode 2008 Syamsul Arifin,SE dan Gatot Pudjo Nugroho. Apakah Pilkada Sumut
2013-2018 juga akan dimenangkan oleh kalangan Sipil seperti Ibukota Jakarta?,
sangat menarik untuk disaksikan karena pemilihan Kepala Daerah langsung bisa
menjadi gambaran untuk pemilihan Presiden yang berasal dari kalangan TNI dan
Sipil.