Tim Nasional U-23 Indonesia |
Bonapasogit(22/11) -- Upssss Maksudnya Indonesia “Menanggung Malu” dan “Malaysia Kalah Jumlah Penonton”, ya ternyata jumlah penonton sebagai pemain ke-12 tidak mampu membantu Team Garuda Muda Indonesia (U-23) pada pertandingan sepakbola SEA Games yang berlangsung tadi malam (22/11/2011) di Stadion Utama Glora Bung Karno Jakarta. Kekalahan Indonesia lewat Adu Penalti setelah selama 2x45 menit bermain imbang 1-1 dan pertambahan waktu 2x15 menit yang dilalui tanpa satu gol pun.
Kekalahan ini cukup membuat fans Indonesia kecewa karena penantian Indonesia akan menjadi juara dalam Dunia Sepak Bola di kancah Asia Tenggara tidak tercapai, setelah team senior Garuda Indonesia juga memiliki prestasi yang tidak jauh dari team juniornya. Kekalahan ini tidak hanya membuat Fans Sepak Bola Indonesia kecewa tetapi rasa malu seluruh Bangsa Indonesia yang menyaksikan pertandingan tersebut tidak hanya yang berada di Stadion Glora Bung Karno tetapi juga yang menyaksikan lewat layar kaca. Mengapa hal tersebut sampai memalukan karena lawan yang membuat kalah team Garuda Muda Indonesia dan Team Garuda Senior Indonesia berasal dari Negara yang sama pada puncak pertandingan memperebutkan juara dan yang lebih menyakitkan lagi selalu di Gelanggang yang sama pula.
ORANG BATAK PENGEMAR BERAT SEPAK BOLA
Ferdinand Sinaga |
Pertemuan antara Indonesia dan Malaysia adalah salah satu tontonan yang paling ditunggu-tunggu oleh orang-orang Batak yang di kampong baik muda dan tua alias Ompung-ompung, suara gemuruh ciri khas Batak begitu kuat terdengar ketika Indonesia mencetak Gol Pertama ke gawang Malaysia, begitu juga ketika Indonesia ditahan Imbang selama 1x45 menit. Masuknya Ferdinand Sinaga pada babak kedua membuat suara ciri khas Batak itu terdengar begitu kuatnya dengan harapan Ferdinand mampu mencetak gol, harapan itu mulai terlihat ketika Ferdinand mencetak gol yang membuat orang-orang Batak kembali bersuara bahkan sampai piring pecah dan gelas berterbangan, namun terdiam sejenak karena ternyata wasit menyatakan gol itu tidak sah(offside), suara itu pun terdiam dan dengan sedikit kata-kata ciri khas Batak itu keluar dengan lugu dan spontanitasnya. Demikian juga kekecawaan orang Batak sangat terlihat ketika Ferdinand Sinaga gagal mengeksekusi penalti sehingga Indonesia gagal merebut Juara, namun demikian orang-orang Batak di kampung sangat bangga terhadap Ferdinand Sinaga.
Mahyadi Panggabean |
Bona Simanjuntak |
Gairah orang Batak terhadap Dunia Sepak Bola kini bangkit kembali setelah munculnya beberapa tahun belakangan ini nama-nama yang bermarga cukup santer terkenal dan menjadi salah satu andalan di teamnya masing-masing baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri sebut saja, Saktiawan Sinaga (Mitra Kukar), Mahyadi Panggabean(Sriwijaya FC), Bona Simanjuntak(Persijap Jepara ) dan Radja Nainggolan, khusus untuk pemain yang satu ini adalah salah seorang pemain Batak yang mengharumkan nama Batak di kancah Internasional karena bermain di salah satu liga bonafit yang ada di dunia yaitu Cagliari Seri A Italia yang membuat orang Batak bangga terhadap Radja Nainggolan, bukan hanya bisa bermain di Eropa tetapi setiap bermain Radja selalu memakai kostum yang bertuliskan nama Nainggolan.
Saktiawan Sinaga |
Kerasnya Orang Batak rupanya nampak bukan hanya pada saat berbicara namun juga ketika bermain sepak bola, ini bisa di lihat dari permain sepak bola ala klub yang berasal dari Sumatera Utara “Rap Rap”. Kata “Rap Rap” sebenarnya berasal dari kata Batak yang artinya “hantam atau hajar”, persepsi ini memang sering membangkitkan semangat tidak hanya pemain asal Sumut juga para Supporter walaupun terkadang sering menjurus kasar, dalam hal ini pengertian keras memang diselewengkan menjadi kasar , walaupun Keras bukan berarti Kasar.
Radja Nainggolan |
Upaya membangkitkan kembali persepakbolaan yang melahirkan pemain tipe pekerja keras dari Tanah Batak ternyata masih kurang karena minimnya kompetisi-kompetisi resmi yang ada di Tanah Batak misalnya antara kabupaten yang di sponsori oleh Pemerintah-pemerintah yang ada di Bonapasogit. Selain Infrastruktur yang tidak mendukung seperti Lapangan Bola berkelas, juga memang pengalihan isu bagi orang Batak bahwa Sepak Bola tidak mampu menjamin kehidupan bahkan tidak mampun meningkatkan Status Sosial seseorang, sehingga banyak anak-anak Batak tidak diperbolehkan untuk masuk ke Sekolah-sekolah Bola walaupun anaknya memiliki bakat untuk bermain bola. Kehadiran pemain-pemain seperti Ferdinand Sinaga, Radja Nainggolan semoga mampu merubah pola piker warga Batak , begitu juga Pemerintahan yang ada di Bonapasogit agar kembali membangkitkan semangat Berolahraga terutama Sepak Bola, karena Sepak Bola mampu menjadi pemersatu dan semangat Kebangsaan.
Ditulis Oleh Penggemar Sepak Bola Fans Berat Harimau Tapanuli dan Barcelona FC.