DINAMIKA KEHIDUPAN ORANG BATAK
Budaya yang berasal dari kata ‘buddhayah’ yang berarti akal, atau dapat juga didefinisikan secara terpisah yaitu dengan dua buah kata ‘budi’ dan ‘daya’ yang apabila digabungkan menghasilkan sintesa arti mendayakan budi, atau menggunakan akal budi tersebut.
Kebudayaan Masih Dipahami Secara Ontologis.
Istilah ini mengandung pengertian bahwa kebudayaan dan perkembangannya dilihat sebagai sesuatu yang berjalan sendiri sesuai dengan hakekatnya, sebagai sesuatu yang bukan dibuat oleh manusia dan sudah hadir begitu saja sebagai rujukan dan pegangan yang harus diikuti oleh pendukung suatu kebudayaan. Perkembangan orang-orang yang menjadi partisipan kebudayaan itu, tergantung dari situasi kebudayaan tempat mereka diperanggotakan. Dengan perkataan yang ringkas: manusia dianggap dibentuk oleh kebudayaannya. Apa yang membuat sekelompok orang menjadi Batak adalah kebudayaan Batak, seperti juga orang menjadi Jawa karena kebudayaan Jawa.
Hal yang diabaikan dalam konsep kebudayaan yang ontologis ialah kenyataan sebaliknya, bahwa kebudayaan juga dibentuk oleh (dan bukan saja membentuk) para pendukungnya, dan sama sekali tidak merupakan sesuatu yang dari kodratnya sudah demikian. Contoh yang paling jelas ialah bahasa. Alam pikiran kita memang dibentuk oleh bahasa menurut strukturnya, kaidah-kaidahnya, dan berbagai bentuk hubungan dan pertentangan yang dimungkinkan dalam bahasa itu. Akan tetapi kita menyaksikan sekarang ini bahwa bahasa (Batak) dibentuk dengan sangat aktif oleh pengguna bahasa itu, atas cara yang menyebabkan bahasa itu berubah dengan sangat cepat, dan mempunyai berbagai varian dalam perkembangannya. Contohnya dari beberapa etnis Batak, terjadi perubahan berdasarkan komunitasnya, bahasa Batak Toba, Batak Karo,Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola.
Kebudayaan memang membentuk para pendukungnya dengan nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma dalam kebudayaan itu, tetapi, sebaliknya, kebudayaan juga dibentuk secara aktif oleh para pendukungnya. Dengan demikian kebudayaan Batak bukan sudah dari awal mulanya sudah demikian, tetapi diberi bentuk dan isinya oleh orang Batak. Ini artinya, kebudayaan Batak merupakan hasil karya ciptaan para pendukung kebudayaan Batak. Setiap pendukung suatu kebudayaan tidak hanya menjadi partisipan tetapi sekaligus juga agen dan bahkan pencipta kebudayaannya sendiri.
Kebudayaan dapat menjadi acuan kehidupan bermasyarakat, ini jelas karena kebudayaan memberikan nilai-nilai yang menjadi referensi orang dalam bertindak dan berperilaku, dan memberi suatu pandangan dunia sebagai dasar orientasi orang dalam menghadapi lingkungan alam dan lingkungan hidupnya. Kita dapat memahami suatu masyarakat dengan mempelajari kebudayaannya, tetapi pengenalan kita terhadap masyarakat itu yang diperoleh melalui pergaulan, observasi atau partisipasi dalam masyarakat itu, dapat membantu kita memahami kebudayaannya dengan lebih baik